Kue bulan, atau yang dikenal juga dengan nama moon cake, adalah salah satu kue tradisional yang sangat populer dalam budaya Tiongkok, khususnya saat merayakan Festival Pertengahan Musim Gugur atau yang dikenal dengan nama Chung Yeung Festival. Kue bulan memiliki bentuk bulat dan isian manis atau gurih di dalamnya, yang melambangkan persatuan dan keberuntungan. Seiring waktu, kue bulan tidak hanya menjadi hidangan khas Tiongkok, tetapi juga banyak dijumpai di berbagai negara dengan pengaruh budaya Tiongkok.

1. Asal Usul Kue Bulan

Kue bulan diperkirakan telah ada sejak zaman Dinasti Tang (618-907 M), meskipun bentuk kue yang kita kenal sekarang baru berkembang pada masa Dinasti Song (960–1279 M). Asal usul kue bulan berkaitan erat dengan Festival Pertengahan Musim Gugur, yang merayakan bulan purnama yang sempurna. Festival ini, yang jatuh pada tanggal 15 bulan 8 dalam kalender lunar Tiongkok, merupakan perayaan tradisional yang mengandung makna tentang kebersamaan keluarga dan pengharapan akan panen yang melimpah.

Pada masa Dinasti Tang, kue bulan pertama kali dibuat sebagai persembahan kepada bulan untuk menghormati dewa bulan. Kue ini kemudian menjadi simbol kebersamaan dan keberuntungan. Dalam tradisi ini, keluarga akan berkumpul dan menikmati kue bulan bersama-sama sembari menikmati cahaya bulan yang indah. Seiring berjalannya waktu, kue bulan mulai mengalami perkembangan dalam hal bentuk, ukuran, dan isian.

2. Perkembangan Isian Kue Bulan

Awalnya, kue bulan dibuat dengan isian pasta kacang hijau atau kacang merah yang sederhana. Namun, seiring berjalannya waktu, variasi isian pun berkembang. Pada Dinasti Ming (1368-1644 M), isian kue bulan mulai triple coconut tree menggunakan pasta lotus yang lebih halus dan lezat. Pada masa ini pula, isian kunir telur asin mulai populer, memberikan rasa gurih yang khas pada kue bulan.

Selain itu, kue bulan mulai memiliki berbagai isian lainnya, seperti daging, kacang, atau bahkan bahan-bahan yang lebih inovatif seperti cokelat, durian, atau teh hijau pada masa kini. Meskipun berbagai variasi isian ini berkembang, kue bulan tetap mempertahankan ciri khasnya, yaitu bentuk bulat yang melambangkan persatuan.

3. Kue Bulan di Luar Tiongkok

Kue bulan mulai menyebar ke luar Tiongkok pada masa migrasi komunitas Tionghoa ke berbagai negara, termasuk ke negara-negara Asia Tenggara seperti Malaysia, Singapura, Indonesia, dan Thailand. Di negara-negara ini, kue bulan sering disajikan sebagai makanan penutup atau oleh-oleh saat merayakan Festival Pertengahan Musim Gugur.

Di negara-negara ini, kue bulan mengalami penyesuaian dalam bahan dan rasa. Misalnya, di Indonesia, kue bulan sering disajikan dengan isian seperti kacang hijau atau durian. Di Singapura dan Malaysia, kue bulan juga dikenal dengan sebutan “mooncake” dan dibuat dengan berbagai varian rasa yang lebih modern, serta sering dihias dengan motif yang indah.

4. Kue Bulan Kontemporer

Saat ini, kue bulan tidak hanya menjadi hidangan tradisional, tetapi juga menjadi bagian dari kuliner global. Berbagai inovasi modern telah diterapkan pada kue bulan, seperti penggunaan bahan-bahan premium dan pengemasan yang menarik. Misalnya, kue bulan isi cokelat, isian keju, atau kue bulan mini yang lebih praktis.

Kue bulan kini menjadi hadiah yang sangat dihargai, terutama saat Festival Pertengahan Musim Gugur, dan seringkali dijual dalam kemasan mewah yang dihiasi dengan desain tradisional maupun kontemporer. Di berbagai negara, terutama di komunitas Tionghoa, kue bulan tetap menjadi simbol penting untuk merayakan persatuan keluarga dan menghormati tradisi leluhur.

Dengan sejarah panjang yang mencerminkan budaya dan tradisi Tiongkok, kue bulan terus berkembang dan beradaptasi dengan selera zaman, menjadikannya salah satu kuliner yang tetap relevan di era modern.

Sejarah Kuliner Kue Bulan dari Awal Hingga Kini

Leave a Reply